Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa perubahan bagi masyarakat Indonesia. Dengan TIK masyarakat lebih mudah mengakses berbagai informasi dan menunjang pekerjaan. Namun masalah yang timbul yaitu penetrasi TIK yang tidak merata di seluruh wilayah Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan. Sehingga menimbulkan kesenjangan digital dan juga lemahnya literasi TIK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui literasi TIK masyarakat di Sulawesi Selatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TIK (komputer, internet, telepon selular) telah digunakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan. Untuk ketiga media tersebut, penetrasi telepon seluler yang paling tinggi menyusul komputer dan internet. Mayoritas responden juga telah masuk ke tingkat lima literasi TIK, telepon seluler, dan komputer sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari. Sedangkan untuk internet masih berada di tingkat tiga di mana mereka telah menggunakannya, namun tidak secara signifikan.. Kata kunci: literasi, teknologi informasi komunikasi, telepon seluler, komputer, internet.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui survei di Provinsi Sulawesi Selatan, dengan mengambil empat sampel wilayah kabupaten/kota, yaitu Makassar, Bantaeng Palopo, dan Barru. Prinsip pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada dua pertimbangan, pertama, pertimbangan representasi lokasi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini mengambil 625 responden sebagai sampel. Adapun identitas responden hasil penelitian menunjukkan responden jenis kelamin, laki-laki yang paling dominan dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 348 responden (55,7%) menyusul perempuan sebanyak 277 responden atau (44,3%). Sementara usia responden terbanyak antara 17 hingga 21 tahun yaitu sebanyak 103 responden (16,5%) dan yang paling sedikit adalah responden dengan usia 52-56 tahun dan 57-60 tahun masing-masing 6,2%. Hasil ini menunjukkan bahwa laki-laki cenderung lebih menguasai perangkat TIK dibanding perempuan. Ini terlihat dari hasil penelitian di mana laki-laki kebanyakan yang memiliki akses terhadap TIK. Di samping itu usia responden yang mayoritas masih muda yaitu antara 17 hingga 21 menunjukkan bahwa penetrasi TIK lebih cepat merambah di kalangan anak muda dibanding orang yang lebih dewasa. Hal ini menunjukkan anak muda lebih mudah mengakses TIK.
Penggunaan Komputer
Bagian ini merupakan analisis pemanfaatan/penggunaan komputer oleh responden. Mayoritas responden yaitu 358 reponden (57,28%) bisa memanfaatkan komputer, sedangkan 267 responden (42,72%) menyatakan tidak bisa memanfaatkan komputer. Hal ini tergambar pada usia responden dan tentu juga terkait dengan pendidikan responden, usia muda, dan berpendidikan cenderung menggunakan dan memanfaatkan komputer sebagai kebutuhan dan kaitannya dengan pelajaran. Dalam penelitian ini hanya 358 responden saja yang akan dijadikan objek yang berkaitan dengan penggunaan komputer. Dari 358 responden, sebanyak 334 responden (53,44 %) menyatakan menggunakan komputer dalam satu bulan terakhir. Sedangkan sebanyak 21 responden (3,36%) menyatakan tidak pernah memanfaatkan komputer selama satu bulan terakhir, sementara tiga orang (0,48%) tidak menjawab. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa komputer menjadi hal yang penting bagi responden karena hanya sekitar 24 responden (3,84%) yang tidak menyatakan menggunakan dalam sebulan terakhir. Untuk frekuensi tingkat penggunaan komputer dalam seminggu, sebanyak 102 responden (28,49%) menyatakan menggunakan komputer lima kali dalam seminggu. Sementara frekuensi yang paling minim adalah enam kali dalam seminggu yaitu hanya empat responden (1,68%). Dengan demikian maka responden yang menggunakan/memanfaatkan secara aktif komputer sebanyak 108 responden (30,7%) dari totalitas 334 responden yang menggunakan komputer pada satu bulan terakhir (lihat grafik 1). Tempat responden menggunakan komputer yang paling banyak adalah di rumah sendiri yaitu sebanyak 186 responden (29,76%). Menyusul di tempat kerja, 160 responden (25,60%), kampus 71 responden (11, 36%) dan di tempat kursus enam responden (0,96%). Tujuan responden menggunakan komputer adalah untuk mengolah kata, mengolah data, dan mengolah angka, hal ini merupakan tujuan yang paling dominan yaitu 282 responden selebihnya adalah bermain game, multimedia (video, musik, dan lainlain), desain grafis. Data secara lengkap terlihat pada grafik 4. Sementara itu sebanyak 164 reponden (26,24%) mengaku menghabiskan waktu kurang dari dua jam sehari untuk bersenangsenang dengan menggunakan komputer. Sedang yang paling sedikit adalah enam responden (0,96%) yang menggunakan komputer untuk bersenang-senang lebih dari delapan jam sehari.
Penggunaan Internet
Bagian ini akan membahas masalah penggunaan internet oleh responden. Grafik 4 menunjukkan bahwa, responden yang paling banyak menyatakan, telah menggunakan internet dan hanya sebagian kecil saja yang menyatakan tidak menggunakan internet. Ini berarti responden memang sudah memanfaatkan internet dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sedangkan untuk pemanfaatan internet, hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 295 responden yang memanfaatkan internet, 279 responden (44,64%) di antaranya yang menyatakan pernah menggunakan internet dalam satu minggu terakhir ini. Sedangkan 16 responden (2,56%) menyatakan tidak menggunakan internet dalam seminggu ini. Selanjutnya adalah frekuensi yang paling dominan digunakan oleh responden dalam menggunakan internet adalah tiga kali dalam seminggu. Tercatat 60 responden (9,60%) yang memilih jawaban tersebut. Sedangkan 15 responden (2,40%) yang menyatakan menggunakan internet enam kali dalam seminggu.
Pengunaan Telepon
Seluler Pada bagian ini akan dibahas tentang kepemilikan dan penggunaan telepon seluler/handphone. Telepon seluler/ handphone, yang merupakan produk dari teknologi komunikasi dan informasi, sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar penduduk di Indonesia, bahkan alat komunikasi tersebut dapat dikatakan bukan menjadi barang mewah lagi. Jadi hampir dipastikan bahwa alat tersebut pasti menjadi barang yang wajib dimiliki. Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden 539 responden (86,24%) menyatakan memiliki telepon seluler, dan hanya 82 responden (13,12%) yang menyatakan tidak memiliki telepon seluler sedangkan empat responden (0,64%) tidak menjawab. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa telepon seluler sudah bukan menjadi barang yang mewah lagi karena sebagian besar responden sudah memiliki alat komunikasi tersebut. Grafik 8 menunjukkan kepemilikan telepon seluler/handphone lebih dari satu, sebanyak 201 responden (32,2%) memiliki lebih dari satu telepon seluler (minimal dua buah). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari 539 responden yang memiliki telepon seluler sebagian di antara mereka memiliki lebih dari dua telepon seluler. Selama menggunakan telepon seluler, sebanyak 523 responden (83,68%) memanfaatkannya untuk menelepon, menyusul SMS dimanfaatkan oleh 494 responden (79,04%), kemudian fasilitas game dimanfaatkan oleh 163 responden (26,08%), fasilitas internet dimanfaatkan oleh 128 responden (20,48%), kemudian MMS sebanyak 75 responden (12%) dan yang terakhir adalah fasilitas video call yang dimanfaatkan oleh 22 responden (3,52%). Penggunaan telepon seluler setiap hari tentu juga menggunakan biaya pulsa setiap bulannya. Sebagian besar responden atau 191 responden (30,56%) menghabiskan biaya Rp 50.000 sampai Rp100.000 dalam sebulan untuk biaya pulsa, dan hanya 20 responden (3,20%) yang menggunakan pulsa lebih dari Rp200.000 dalam sebulan.
Kesimpulan
Literasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) masyarakat di Sulawesi Selatan sudah sangat memadai. Telepon selular merupakan media yang paling banyak digunakan oleh responden menysul komputer. Dan untuk pemanfaatan dua media ini, reponden mayoritas sudah sampai pada tahap lima, di mana mayoritas responden individu telah menganggap informasi dan teknologi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari dan secara langsung maupun tidak langsung telah mewarnai perilaku dan budaya hidupnya atau bagian dari information society atau manusia berbudaya informasi. Sedangkan untuk media internet, ratarata literasi media responden masih berada pada tahap tiga yaitu responden telah memiliki standar penguasaan dan pemahaman terhadap informasi maupun teknologi yang diperlukannya, dan secara konsisten mempergunakan standar tersebut sebagai acuan penyelenggaraan aktivitas sehari-hari. Ini ditunjukkan bahwa responden telah memanfaatkan internet dalam kehidupan sehari-hari namun tidak signifikan disebabkan keterbatasan infrastruktur dan jaringan yang masih kurang memadai di dua kabupaten. Namun hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa ketergantungan masyarakat dalam menggunakan TIK sebagai media informasi.