All posts by bagassidiqbudiargo

Kelebihan dan Kelemahan iGracias mobile

Telkom University memang sudah lama memiliki websitenya sendiri yaitu igracias.telkomuniversity.ac.id. Website ini berisikan hal-hal yang berhubungan dengan perkuliahan dan membuat applikasi mobile yang bertujuan memudahkan pengguna. namun dibalik applikasi igracias mobile ini memiliki kelebihan dan kelemahannya.

Kelebihan:

1. Memudahkan mahasiswa untuk melihat jadwal kuliah mereka hanya dengan membuka aplikasi iGracias Mobile nya.

2. Memiliki fitur forum bagi mahasiswa agar memudahkan sosialiasi antar mahasiswa dan tentunya memudahkan pertukaran informasi yang bermanfaat.

3. Fitur pengingat yang memudahkan mahasiswa agar tidak melupakan hal-hal penting contohnya adalah untuk mengingatkan ujian.

Kekurangan:

  1. Masih sering force close secara otomatis sehingga menghambat pekerjaan yang harus di lakukan.
  2. Masih sering lag ketika di scroll kebawah dan di akhiri dengan force closenya aplikasi.
  3. Terkadang sinkronasi Igracias Mobile dengan iGracias Telkom University masih belum uptodate (presensi, nilai, info event yang akan datang).

PERANAN TIK DALAM BIDANG PENDIDIKAN

Arti TIK bagi dunia pendidikan seharusnya berarti tersedianya saluran atau sarana yang dapat dipakai untuk menyiarkan program pendidikan. Namun hal Pemanfaatan TIK ini di Indonesia baru memasuki tahap mempelajari berbagai kemungkinan pengembangan dan penerapan TIK untuk pendidikan memasuki milenium ketiga ini. Padahal penggunaan TIK  ini telah bukanlah suatu wacana yang asing di negeri Paman Sam sana. Pemanfaatan IT dalam bidang pendidikan sudah merupakan kelaziman di Amerika Serikat pada dasawarsa yang telah lalu. Ini merupakan salah satu bukti utama ketertinggalan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa di dunia.   Informasi yang diwakilkan oleh komputer yang terhubung dengan internet sebagai media utamanya telah mampu memberikan kontribusi yang demikian besar bagi proses pendidikan. Teknologi interaktif ini memberikan katalis bagi terjadinya perubahan medasar terhadap peran guru: dari informasi ke transformasi. Setiap sistem sekolah harus bersifat moderat terhadap teknologi yang memampukan mereka untuk belajar dengan lebih cepat, lebih baik, dan lebih cerdas. Dan Teknologi Informasi dan komunikasi yang menjadi kunci untuk menuju model sekolah masa depan yang lebih baik.
Usaha-usaha dari anak-anak bangsa juga terus dilakukan untuk mengejar ketertinggalan bangsa Indonesia dalam hal penyampaian proses pendidikan dengan penggunaan TIK. Semisalnya, baru-baru ini Telkom, Indosat, dan Institut Teknologi Bandung (ITB) menyatakan kesiapannya untuk mengembangkan IT untuk pendidikan di Indonesia, dimulai dengan proyek-proyek percontohan. Telkom menyatakan akan terus memperbaiki dan meningkatkan kualitas infrastruktur jaringan telekomunikasi yang diharapkan dapat menjadi tulang punggung (backbone) bagi pengembangan dan penerapan IT untuk pendidikan serta implementasi-implementasi lainnya di Indonesia. Bahkan, saat ini Telkom mulai mengembangkan teknologi yang memanfaatkan ISDN (Integrated Sevices Digital Network) untuk memfasilitasi penyelenggaraan konferensi jarak jauh (teleconference) sebagai salah satu aplikasi pembelajaran jarak jauh.
Banyak aspek dapat diajukan untuk dijadikan sebagai alasan-alasan untuk mendukung pengembangan dan penerapan IIK untuk pendidikan dalam kaitannya dengan peningkatan kualitas pendidikan nasional Indonesia. Salah satu aspeknya ialah kondisi geografis Indonesia dengan sekian banyaknya pulau yang terpencar-pencar dan kontur permukaan buminya yang seringkali tidak bersahabat, biasanya diajukan untuk menjagokan pengembangan dan penerapan TIK  untuk pendidikan. TIK  sangat mampu dan dijagokan agar menjadi fasilitator utama untuk meratakan pendidikan di bumi Nusantara, sebab TIK  yang mengandalkan kemampuan pembelajaran jarak jauhnya tidak terpisah oleh ruang, jarak dan waktu. Demi penggapaian daerah-daerah yang sulit tentunya diharapkan penerapan ini agar dilakukan sesegera mungkin di Indonesia.

Terdapat 6 peranan TIK dalam bidang pendidikan, antara lain :

 

 

1. TIK sebagai skill dan kompetensi

 

  • Penggunaan TIK harus proporsional maksudnya  TIK bisa masuk ke semua lapisan masyarakat tapi sesuainya dengan porsinya masing-masing.

 

2. TIK sebagai infratruktur pembelajaran

 

  • Tersedianya bahan ajar dalam format digital
  • The network is the school
  • belajar dimana saja dan kapan saja

 

3. TIK sebagai sumber bahan belajar

 

  • Ilmu berkembang dengan cepat
  • Guru-guru hebat tersebar di seluruh penjuru dunia
  • Buku dan bahan ajar diperbaharui secara kontinyu
  • Inovasi memerlukan kerjasama pemikiran
  • Tanpa teknologi, pembelajaran yang up-to-date membutuhkan waktu yang lama

 

4. TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran

 

  • Penyampaian pengetahuan mempertimbangkan konteks dunia nyata
  • Memberikan ilustrasi berbagai fenomena ilmu pengetahuan untuk mempercepat penyerapan bahan ajar
  • Pelajar melakukan eksplorasi terhadap pengetahuannya secara lebih luas dan mandiri
  • Akuisisi pengetahuan berasal dari interaksi mahasiswa dan guru
  • Rasio antara pengajar dan peserta didik sehingga menentukan proses pemberian fasilitas

 

5. TIK sebagai pendukung manajemen pembelajaran

 

  • Tiap individu memerlukan dukungan pembelajaran tanpa henti tiap harinya
  • Transaksi dan interaksi interaktif antar stakeholder memerlukan pengelolaan back office yang kuat
  • Kualitas layanan pada pengeekan administrasi ditingkatkan secara bertahap
  • Orang merupakan sumber daya yang bernilai

 

6. TIK sebagai sistem pendukung keputusan

 

  • Tiap individu memiliki karakter dan bakat masing-masing dalam pembelajaran
  • Guru meningkatkan kompetensinya pada berbagai bidang ilmu
  • Profil institusi  pendidikan diketahui oleh pemerintah.

ARTIKEL LITERASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) telah membawa perubahan bagi masyarakat Indonesia. Dengan TIK masyarakat lebih mudah mengakses berbagai informasi dan menunjang pekerjaan. Namun masalah yang timbul yaitu penetrasi TIK yang tidak merata di seluruh wilayah Indonesia termasuk di Sulawesi Selatan. Sehingga menimbulkan kesenjangan digital dan juga lemahnya literasi TIK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui literasi TIK masyarakat di Sulawesi Selatan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan pendekatan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TIK (komputer, internet, telepon selular) telah digunakan oleh masyarakat di Sulawesi Selatan. Untuk ketiga media tersebut, penetrasi telepon seluler yang paling tinggi menyusul komputer dan internet. Mayoritas responden juga telah masuk ke tingkat lima literasi TIK, telepon seluler, dan komputer sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari. Sedangkan untuk internet masih berada di tingkat tiga di mana mereka telah menggunakannya, namun tidak secara signifikan.. Kata kunci: literasi, teknologi informasi komunikasi, telepon seluler, komputer, internet.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian survei dengan pendekatan kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan melalui survei di Provinsi Sulawesi Selatan, dengan mengambil empat sampel wilayah kabupaten/kota, yaitu Makassar, Bantaeng Palopo, dan Barru. Prinsip pemilihan lokasi penelitian didasarkan pada dua pertimbangan, pertama, pertimbangan representasi lokasi

kerangka konsep

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini mengambil 625 responden sebagai sampel. Adapun identitas responden hasil penelitian menunjukkan responden jenis kelamin, laki-laki yang paling dominan dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 348 responden (55,7%) menyusul perempuan sebanyak 277 responden atau (44,3%). Sementara usia responden terbanyak antara 17 hingga 21 tahun yaitu sebanyak 103 responden (16,5%) dan yang paling sedikit adalah responden dengan usia 52-56 tahun dan 57-60 tahun masing-masing 6,2%. Hasil ini menunjukkan bahwa laki-laki cenderung lebih menguasai perangkat TIK dibanding perempuan. Ini terlihat dari hasil penelitian di mana laki-laki kebanyakan yang memiliki akses terhadap TIK. Di samping itu usia responden yang mayoritas masih muda yaitu antara 17 hingga 21 menunjukkan bahwa penetrasi TIK lebih cepat merambah di kalangan anak muda dibanding orang yang lebih dewasa. Hal ini menunjukkan anak muda lebih mudah mengakses TIK.

kerangka konsep

Penggunaan Komputer

Bagian ini merupakan analisis pemanfaatan/penggunaan komputer oleh responden. Mayoritas responden yaitu 358 reponden (57,28%) bisa memanfaatkan komputer, sedangkan 267 responden (42,72%) menyatakan tidak bisa memanfaatkan komputer. Hal ini tergambar pada usia responden dan tentu juga terkait dengan pendidikan responden, usia muda, dan berpendidikan cenderung menggunakan dan memanfaatkan komputer sebagai kebutuhan dan kaitannya dengan pelajaran. Dalam penelitian ini hanya 358 responden saja yang akan dijadikan objek yang berkaitan dengan penggunaan komputer. Dari 358 responden, sebanyak 334 responden (53,44 %) menyatakan menggunakan komputer dalam satu bulan terakhir. Sedangkan sebanyak 21 responden (3,36%) menyatakan tidak pernah memanfaatkan komputer selama satu bulan terakhir, sementara tiga orang (0,48%) tidak menjawab. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa komputer menjadi hal yang penting bagi responden karena hanya sekitar 24 responden (3,84%) yang tidak menyatakan menggunakan dalam sebulan terakhir. Untuk frekuensi tingkat penggunaan komputer dalam seminggu, sebanyak 102 responden (28,49%) menyatakan menggunakan komputer lima kali dalam seminggu. Sementara frekuensi yang paling minim adalah enam kali dalam seminggu yaitu hanya empat responden (1,68%). Dengan demikian maka responden yang menggunakan/memanfaatkan secara aktif komputer sebanyak 108 responden (30,7%) dari totalitas 334 responden yang menggunakan komputer pada satu bulan terakhir (lihat grafik 1). Tempat responden menggunakan komputer yang paling banyak adalah di rumah sendiri yaitu sebanyak 186 responden (29,76%). Menyusul di tempat kerja, 160 responden (25,60%), kampus 71 responden (11, 36%) dan di tempat kursus enam responden (0,96%). Tujuan responden menggunakan komputer adalah untuk mengolah kata, mengolah data, dan mengolah angka, hal ini merupakan tujuan yang paling dominan yaitu 282 responden selebihnya adalah bermain game, multimedia (video, musik, dan lainlain), desain grafis. Data secara lengkap terlihat pada grafik 4. Sementara itu sebanyak 164 reponden (26,24%) mengaku menghabiskan waktu kurang dari dua jam sehari untuk bersenangsenang dengan menggunakan komputer. Sedang yang paling sedikit adalah enam responden (0,96%) yang menggunakan komputer untuk bersenang-senang lebih dari delapan jam sehari.

kerangka konsep

Penggunaan Internet

Bagian ini akan membahas masalah penggunaan internet oleh responden. Grafik 4 menunjukkan bahwa, responden yang paling banyak menyatakan, telah menggunakan internet dan hanya sebagian kecil saja yang menyatakan tidak menggunakan internet. Ini berarti responden memang sudah memanfaatkan internet dalam kehidupan mereka sehari-hari. Sedangkan untuk pemanfaatan internet, hasil penelitian menunjukkan bahwa, dari 295 responden yang memanfaatkan internet, 279 responden (44,64%) di antaranya yang menyatakan pernah menggunakan internet dalam satu minggu terakhir ini. Sedangkan 16 responden (2,56%) menyatakan tidak menggunakan internet dalam seminggu ini. Selanjutnya adalah frekuensi yang paling dominan digunakan oleh responden dalam menggunakan internet adalah tiga kali dalam seminggu. Tercatat 60 responden (9,60%) yang memilih jawaban tersebut. Sedangkan 15 responden (2,40%) yang menyatakan menggunakan internet enam kali dalam seminggu.

 

kerangka konsep

Pengunaan Telepon

Seluler Pada bagian ini akan dibahas tentang kepemilikan dan penggunaan telepon seluler/handphone. Telepon seluler/ handphone, yang merupakan produk dari teknologi komunikasi dan informasi, sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar penduduk di Indonesia, bahkan alat komunikasi tersebut dapat dikatakan bukan menjadi barang mewah lagi. Jadi hampir dipastikan bahwa alat tersebut pasti menjadi barang yang wajib dimiliki. Hal tersebut dibuktikan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden 539 responden (86,24%) menyatakan memiliki telepon seluler, dan hanya 82 responden (13,12%) yang menyatakan tidak memiliki telepon seluler sedangkan empat responden (0,64%) tidak menjawab. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa telepon seluler sudah bukan menjadi barang yang mewah lagi karena sebagian besar responden sudah memiliki alat komunikasi tersebut. Grafik 8 menunjukkan kepemilikan telepon seluler/handphone lebih dari satu, sebanyak 201 responden (32,2%) memiliki lebih dari satu telepon seluler (minimal dua buah). Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari 539 responden yang memiliki telepon seluler sebagian di antara mereka memiliki lebih dari dua telepon seluler. Selama menggunakan telepon seluler, sebanyak 523 responden (83,68%) memanfaatkannya untuk menelepon, menyusul SMS dimanfaatkan oleh 494 responden (79,04%), kemudian fasilitas game dimanfaatkan oleh 163 responden (26,08%), fasilitas internet dimanfaatkan oleh 128 responden (20,48%), kemudian MMS sebanyak 75 responden (12%) dan yang terakhir adalah fasilitas video call yang dimanfaatkan oleh 22 responden (3,52%). Penggunaan telepon seluler setiap hari tentu juga menggunakan biaya pulsa setiap bulannya. Sebagian besar responden atau 191 responden (30,56%) menghabiskan biaya Rp 50.000 sampai Rp100.000 dalam sebulan untuk biaya pulsa, dan hanya 20 responden (3,20%) yang menggunakan pulsa lebih dari Rp200.000 dalam sebulan.

kerangka konsep

Kesimpulan

Literasi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) masyarakat di Sulawesi Selatan sudah sangat memadai. Telepon selular merupakan media yang paling banyak digunakan oleh responden menysul komputer. Dan untuk pemanfaatan dua media ini, reponden mayoritas sudah sampai pada tahap lima, di mana mayoritas responden individu telah menganggap informasi dan teknologi sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari aktivitas sehari-hari dan secara langsung maupun tidak langsung telah mewarnai perilaku dan budaya hidupnya atau bagian dari information society atau manusia berbudaya informasi. Sedangkan untuk media internet, ratarata literasi media responden masih berada pada tahap tiga yaitu responden telah memiliki standar penguasaan dan pemahaman terhadap informasi maupun teknologi yang diperlukannya, dan secara konsisten mempergunakan standar tersebut sebagai acuan penyelenggaraan aktivitas sehari-hari. Ini ditunjukkan bahwa responden telah memanfaatkan internet dalam kehidupan sehari-hari namun tidak signifikan disebabkan keterbatasan infrastruktur dan jaringan yang masih kurang memadai di dua kabupaten. Namun hasil penelitian ini juga menyimpulkan bahwa ketergantungan masyarakat dalam menggunakan TIK sebagai media informasi.